Jumat, 21 Oktober 2011

Industri Batu Bata di Desa Bojongbata

Industri Batu Bata di Desa Bojongbata


PEMALANG - Batu bata merupakan industri yang tidak ada matinya sejak dulu, hal itu semakin banyak diminati bukan hanya di wilayahnya saja. Namun hampir semua di wilayah Kabupaten Pemalang melakukan hal itu. Bahkan areal sawah juga tak luput untuk dijadikan industri batu bata.
Batu bata merupakan bagian vital untuk membangun sebuah rumah, maka tak heran jika banyak orang melakukannya walaupun harus menggunakan lahan sawah yang semestinya ditanami tanaman padi. Salah satu contoh, Desa Bojongbata Kecamatan Pemalang merupakan salah satu diantara bagian dari industri batu bata yang masih langgeng.
Perajin batu bata yang akrab dipanggil Kaper (47) menuturkan, di komplek industri batu bata di wilayah Bojong bata, bapak dari dua anak tersebut sudah puluhan tahun hidup mengandalkan pembuatan batu bata.
Dia mengaku tidak memiliki lahan sendiri, namun dia mengontrak lahan seluas 700 meter persegi dengan harga Rp 7 juta selama 1 tahun. bahan baku tanah liat diambilnya dari tempat itu dan pangsa pasar yang gampang serta keuntungan yang besar.  “Sebelumnya, pemilik tanah yang merasa kesulitan dalam bercocok tanam padi karena lahan tersebut terlalu tinggi. Diharapkan setelah kontrak selesai lahan yang tinggi menjadi rendah sehingga mudah dialiri air,” kata kaper Rabu (8/6).
Menurutnya, dalam pembuatan batu bata memerlukan waktu yang panjang dan rumit, selain memilih bahan baku tanah yang betul-betul kering juga harus direndam selama 3-4 hari dengan dicampur dedak (kulit padi).  Sebelum dicetak menjadi persegi panjang tanah yang sudah dicampur dedak menurut komposisi harus di aduk-aduk agar merata.
Setelah campuran benar-benar merata tanah tersebut baru bisa dicetak dan dijemur selama 2-3 hari yang kemudian dilanjutkan untuk diratakan sisi bawah dan samping pada batu bata tersebut. Diceritakannya, proses pembuatan batu bata untuk sekali pembakaran harus terkumpul antara 10 ribu-15 ribu batu bata.
Untuk sekali pembakaran dalam jumlah 10 ribu membutuhkan kayu bakar sebanyak 5 bak mobil kijang, untuk harga dalam 1 bak mobil kijang Rp 300 ribu dan memerlukan waktu selama 1 minggu.  “Untuk pemasaran kami tidak merasa kesulitan, bahkan sebelum batu bata dibakar sudah ada yang memesanya bahkan memberi persekot,” ujar Kaper kemarin.
Menurut kaper, untuk penghasilan yang diterimanya sangat besar, untuk harga batu bata dijual per seribu. Artinya, setiap seribu batu bata dihargai Rp 700 ribu diantar sampai tujuan, tetapi masih dalam wilayah radius 5-6 kilometer.
Dalam setiap proses pembuatan batu bata tradisional, meskipun mendapatkan keuntungan yang besar, waktu dan tenaganya harus terfokus dalam proses pembuatanya, sebab jika sewaktu-waktu hujan akan tiba bisa langsung diatasinya meskipun harus merelakan tidur ditempat itu. (ddm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar